Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada teladan kita, Nabi yang paling mulia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa salam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan seluruh kaum muslimin yang setia menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, kita lanjutkan sirah nabawi-nya..
Selain membangun masjid sebagai pusat aktivitas masyarakat, Rasulullah SAW melakukan sebuah tindakan besar yang memiliki pengaruh luar biasa dalam sejarah, yaitu mempersaudarakan (muakhah) kaum Muhajirin dan Anshar.
Ibnul Qayyim berkata, “Lalu Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar di rumah Anas bin Malik. Mereka berjumlah 90 orang lelaki. Separuh dari kalangan Muhajirin dan separuh lagi dari Anshar. Beliau mempersaudarakan mereka agar saling membantu dan saling mewarisi walaupun tak punya hubungan darah. Ini berlangsung hingga Perang Badar.”
Allah menurunkan ayat,
“Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang Mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali jika kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).” (QS Al Ahzab 33:6)
Persaudaraan ini dilakukan agar fanatisme Jahiliyah menjadi luntur, perbedaan nasab, warna kulit, dan negara menjadi sirna. Tidak ada loyalitas dan antiloyalitas kecuali pada Islam. Masyarakat baru ini telah melahirkan kisah-kisah yang layak dijadikan sebagai teladan sepanjang zaman.
Bukhari meriwayatkan, ketika kaum Muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan antara ‘Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Rabi’.
Suatu hari, Sa’ad bin Rabi’ berkata kepada ‘Abdurrahman bin Auf, “Sesungguhnya aku adalah orang yang banyak harta di kalangan Anshar, bagilah hartaku menjadi dua bagian. Aku juga punya dua istri. Lihatlah mana yang paling kau senangi di antara keduanya, lalu katakanlah kepadaku. Jika telah habis masa ‘iddahnya, nikahilah dia!”
Namun, ‘Abdurrahman bin Auf menolaknya. “Semoga Allah memberikan berkah-Nya kepadamu, keluargamu, dan hartamu! Lebih baik tunjukkan saja di mana pasar kalian.”
Mereka pun menunjukkan pasar Bani Qainuqa’. Di sana, ‘Abdurrahman mendapatkan minyak samin dan keju. Keesokan harinya, dia telah berdagang.
Suatu hari, dia datang menemui Rasulullah SAW dengan wajah agak pucat.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Nabi SAW.
“Aku telah menikah,” jawabnya.
“Berapa banyak maskawin yang kau berikan kepada istrimu?”
“Beberapa keping emas (Sekeping emas saat itu berharga lima dirham. Nilainya sama dengan seperempat dinar),” jawabnya (HR. Bukhari).
Abu Hurairah juga meriwayatkan, bahwa orang-orang Anshar berkata kepada Nabi SAW, “Bagilah kebun kurma kami untuk diberikan kepada saudara-saudara kami!”
Apa jawaban Rasulullah SAW?
“Tidak!” kata beliau.
Para sahabat angkat bicara.
“Berikan kepada kami bahan pokoknya dan kami dapat bergabung dengan kalian dalam memanen buahnya.”
“Kami dengar dan kami taat!” jawab orang-orang Anshar (HR. Bukhari).
Ini semua menunjukkan kemurahan hati kalangan Anshar terhadap saudara-saudaranya dari Muhajirin. Lebih mementingkan saudaranya, mencintai dan menyayanginya. Meski demikian, kedua kaum ini tidak pernah saling memanfaatkan perasaan masing-masing.
Mempertautkan dua hati dari dua kaum ini adalah langkah yang luar biasa bijak, karena mereka akan menghadapi masalah sangat berat di kemudian hari.
Hikmah Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
Masyarakat Madani yang dibangun oleh Islam merupakan bentuk ukhuwah yang didasarkan pada agama. Pembelaan sepenuhnya dicurahkan kepada Allah, Rasulullah SAW, dan kaum Mukmin. Islam membatasi ikatan persaudaraan dan saling menolong hanya berlaku antar Mukmin.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al Hujurat 49:10)
Hubungan persaudaraan antar sesama Muslim yang didasari karena Allah SWT harus menjadi landasan utama terbentuknya sebuah masyarakat.
Rasulullah SAW selalu menganjurkan kepada setiap Muslim yang baru agar mendalami makna cinta yang didasari karena Allah SWT.
Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat akan berkata, “Di manakah hamba-hamba-Ku yang saling mencintai karena keagungan-Ku. Aku akan menaungi mereka pada hari yang tidak ada tempat bernaung kecuali naungan-Ku.”
Sepanjang sejarah tidak pernah ditemukan sambutan yang begitu hangat kecuali sambutan sahabat Anshar terhadap Muhajirin. Mereka sangat mencintai Muhajirin, berani berkorban, berperan aktif, dan sanggup menanggung bebannya. Keakraban dan cinta Anshar yang sangat mendalam terhadap Muhajirin, membuat mereka rela mewariskan harta benda mereka.
*
Selain mempertautkan hati dan mempersaudarakan dua kaum, Rasulullah SAW juga membuat sebuah kontrak perjanjian di antara mereka untuk mengikis fanatisme jahiliyah. Perjanjian itu tertuang dalam Piagam Madinah.
Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
4/
5
Oleh
Syaf