BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangDalam kegiatan belajar mengajar, terdapat di dalamnya dua komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Guru sebagai pendidik dan pengajar serta murid-murid sebagai pelajar. Mengajar pada umumnya diartikan dengan usaha guru untuk mencapai kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan termasuk guru, alat pelajaran, kurikulum dan instrumen pendidikan lainnya, yang disebut proses belajar sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar sendiri ada metode-metode tersendiri yang digunakana. Dimana dengan pemakaian metode-metode mengajar tersebut diharapkan tujuan pengajaran tercapai, salah satunya adalah metode kerja kelompok.
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran pada anak didik, mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan kepada anak didik yang merupakan proses pengajaran itu dilakukan para pendidik disekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode tertentu.
Seorang pendidik yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar, kalau benar-benar menginginkan agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian materi yang tepat dalam proses belajar mengajarsesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima.
Pemilihan teknik atau metode yang tepat kiranya memerlukan keahlian tersendiri. Para pendidik harus pandai memilih dan mempergunakan teknik atau metode yang akan dipergunakannya. Hal ini sesuai dengan kedudukan metode itu sendiri dimana kedudukan metode dalam proses belajar mengajar itu ada tiga. Pertama, metode sebagai alat ekstrinsik, maksudnya dengan menggunakan metode yang tepat dan bervariasi. Kedua sebagai strategi pengajaran. Metode ini dimaksudkan seorang pendidik harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Ketiga, metode sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak akan diperlukan, salah satunya adalah metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat seorang pendidik akan mampu mencapai tujuan.( Djamarah dan Zain, 1996 : 82)
Sebagaimana telah diketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana interaksi antara pendidik demngan anak didik didalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis dan sifat materi pelajaran serta denmgan kemamapuan pendidik dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode mengajar antara lain :
1. Tujuan yang hendak dicapai
2. Peserta didik
3. Bahan atau materi yang diajarkan
4. Fasilitas
5. Guru
6. Situasi dengan berbagaiu keadaan
7. Kebaikan dan kelemahan metode tertentu
8. Partisipasi ( Zuhairini dkk,1993 : 70 ).
Didalam pengajaran agama terdapat banyak sekali metode yang diperguanakan seperti yang dikemukakan oleh Zuhairini, dkk (1993 : 47) dalam bukunya “ Metodologi Pengajaran Agama Islam “ bahwa mengajar PAI dapat menggunakan metode antara lain : ceramah, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, latihan, pemberian tugas, kerja kelompok, karya wisata, sosio drama, system regu, problem solving dan proyek.
Harus disadari bahwa sangat sulit untuk menyebutkan metode mengajar mana yang baik, yang paling sesuai atau efektif. Sebab suatu macam metode mengajar menjadi metode yang baik sekali pada seorang pendidik, sebaliknya pada pendidik yang lain, pemakaian menjadi jelek. Itu semua tidak lepas dari kemampuan guru untuk mengorganisir, memilih dan menggiatkan seluruh program kegiatan belajar mengajarnya. Apakah siswa akan terangsang atau tertarik dan ikut serta aktif dalam kegiatan belajar sangat tergantung pada metode yang dipakai. Artinya siswa dalam kegiatan belajar berarti makin melekatnya hasil belajar itu dalam ingatan.
Perlu diperhatikan oleh pendidik agama yang mengajar, khususnya di SMK bahwa kebanyakan para siswa berasal dari kalangan keluarga yang heterogen dari latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu para pendidik agama harus dapat mendidik dan mengajarkan agama dengan metode pengajaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Kalau sudah demikian, maka kegiatan belajar mengajar bisa lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti menjadikan kelas X Teknik Komputer Jaringan 1 di SMKN 1 Pungging sebagai bahan penelitian, dengan judul “Peningkatan Pemahaman Materi Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas X Teknik Komputer Jaringan 1 di SKMN 1 Pungging.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti perlu membuat rumusan masalah, sehingga apa yang dibahas pada baba berikutnya bisa dipahami atau merupakan pertanyaan dari rumusan masalah ini. Rumusan masalahnya adalah apakah dengan implementasi metode kerja kelompok bisa meningkatkan pemahaman materi PAI Kelas X TKJ 1 di SMKN 1 Pungging?
C. Tujuan
Berangkat dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka peneliti berharap bisa mencapai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman Siswa Kelas Kelas X Teknik Komputer Jaringan 1 di SKMN 1 Pungging terhadap materi PAI pada pokok bahasan Al-Quran Hadist adalah pedoman hidup bagi seluruh umat.
D. Hipotesis
Setelah mengkaji lebih dalam tentang implementasi metode kerja kelompok dalam meningkatkan pemahaman materi PAI siswa kelas X Teknik Komputer Jaringan 1 di SKMN 1 Pungging, maka dapat diambil kesimpulan sementara yaitu : bahwa pemahaman siswa kelas X TKJ 1 meningkat dengan menerapkan metode kerja kelompok.
E. Manfaat
1. Bagi siswa.
Dengan metode kerja kelompok pengetahuan para siswa dapat bertambah disamping itu wawasan siswa tentang materi PAI meningkat sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru
Merupakan sumbangan pemikiran bagi guru agama dalam mengajar dan akan mempermudah bagi guru dalam menyampaiakan materi PAI kepada para siswanya.
3. Bagi Sekolah
Pengguanaan metode ini dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan dasar bagi lembaga, sekaligus kerangka acuan dalam mengembangkan hal yang terkait dengan pengajaran proses belajar PAI yang lebih baik.
4. Bagi Pengembang Kurikulum
Dapat dijadikan acuan dasar bagi pengembang kurikulum selanjutnya, khususnya tentang penyesuaian kurikulum dengan metodologi pengajaran agama Islam.
5. Bagi Khasanah Ilmu
Mengembangkan dan memperluas wacana tentang metodologi pengajaran Agama Islam terhadap para pendidik khususnya dan sebagai bahan bahan tambahan bagi perencana pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Kerja Kelompok
1. Pengertian Kerja Kelompok
Metode berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu “metha” dan “hodos”. ”Metha” berarti melalui dan “hodos” berarti jalan atau cara.yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.(Ramayulis,1990 :104)
Istiah kerja kelompok mengandung arti bahwa murid-murid dalam suatu kelas dibagi kedalam beberapa kelompok, baik dalam kelompok besar yang didasarkan pada prinsip pencapaian tujuan bersama.(Yusuf dan Anwar,1997:58)
Ramayulis berpendapat bahwa metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan bersama tugas-tugas itu dikerjakan dalam kelompok secara bergotong-royong. Suatu kelas dapat dipandang sebagai suatu kesatuan kelompok tersendiri dapat pula dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok, yang kemudian dapat dibagi-bagi pula menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil lagi. Semua pembagian kelompok itu amat bergantung dari tujuan dan kepentingannya.
Kemudian menurut Drs. Mahfudz Salahuddin bahwa metode kerja kelompok adalah suatu metode mengajar, murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau pada waktu mengerjakan tugas-tugas tertentu. (Drs.Mahfudz Salahuddin 1987: 61)
Jadi metode kerja kelomok dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan murid-murid kedalam beberapa kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditetapkan, dengan cara bersama-sama dan tolong-menolong.
2. Bentuk-bentuk kerja kelompok
a. Kelompok jangka pendek
Disebut juga rapat kilat. Biasanya kelompok jangka panjang hanya memakan waktu lebih kurang 15 menit, misalnya : ketika seorang guru sedang menerangkan suatu pekerjaan, tiba-tiba ada suatu masalah yang harus dipecahkan.
Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok untuk memecahkan masalah tersebut dalam waktu yang telah ditentukan.
Selama rapat kilat, guru harus berkeliling untuk memperhatikan hal-hal sbb :
a. Apakah murid-murid tetap pada persoalan semula?
b. Kalau ada yang keluar dari persoalan perlu dicari sebab-sebabnya.
c. Apakah murid memilih ketua kelompok dan seorang pencatat?.
d. Apakah murid menyetujui yang demikian?
e. Apakah ada murid-murid yang menguasai pembicaraan?
f. Apakah ada saling harga menghargai untuk setiap para anggota? (Ramayulis,1990 : 167-168)
b. Kelompok jangka panjang
Yaitu kerja kelompok yang memakan waktu lama, sesuai dengan tugas-tugas yang akan dibahas dan masalah yang akan diselesaikan. (Ramayulis, 1990 : 168)
c. Kerja kelompok campuran
Ini dapat dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupannya. Karena didalam suatu kelas terdapat perbedaan tingkat kepandaian siswa, sehingga sulit untuk memberikan tugas-tugas yang sama. Untuk itu guru harus membagi siswa sesuai dengan kemampuannya.
2. Variable-variable yang menentukan terhadap hasil kerja kelompok.
Adapun variable-variable yang menentukan terhadap hasil kerja kelompok adalah sbb :
a) Kecerdasan setiap anggota kelompok dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan secara efisien .
b) Sifat-sifat kepribadian setiap anggota kelompk terutama dalam hubungan dengan orang lain.
c) Lapangan masalah yangmenjadi perhatian kelompok merupakan hal yang sudah dikenal.
d) Pemahaman terhadap kerja kelompok
e) Struktur tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin kelompok
f) Motivasi kelompok
g) Besarnya kelompok
h) Sukarnya tugas yang dihadapi
i) Persiapan diluar kelompok dengan anggota dalam kelompok (Ramayulis,1990:171)
1. Langkah-langkah pengelompokan yang perlu diperhatikan.
Agar metode kerja kelompok dapat mencapai sasarannya, guru harus memperhatikan langkah-langkah pelaksanaanya, sebagai berikut:
• Guru membagi murid-murid kedalam kelompok-kelompok yang mempertimbangakan minat dan kemampuan murid.
• Hendaknya diusahakan, agar jumlah masing-masing anggota kelompok tidak terlalu besar ( cukup terdiri dari 5-7 orang )
• Jumlah anggota setiap kelompok hendaknya seimbang dan merata dalam hal perbandingan murid yang pandai dan yang kurang pandai, perimbangan anggota pria dan wanita.(Mahfudh Salahuddin dkk,1987: 64)
2. Keuntungan dan kelemahan metode kerja kelompok
a. Keuntungan
• Dari segi paedagogis, kegiatan kerja kelompok akan meningkatkan kualitas kepribadian siswa, meliputi : kerja sama, toleransi, sikap kritis dsb.
• Dari segi psikologis, akan timbul persaingan, kompetisi yang sehat dan bertambah, karena akan lebih giat melaksanakan tugas dalam kelompok masing-masing
• Dari segi didaktik, murid-murid yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai, terutama dalam rangka memenangkan kompetisi antar kelompok
b. Kelemahan
• Metode ini memerlukan persiapan yang lebih rumit ketimbang metode-metode lain, sehingga memerlukan dedikasi yang lebih tinggi dari pihak guru.
• Apabila ada persaingan yang negatif, hasil pekerjaan menjadi buruk.
• Bagi murid yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi anggota lainnya, sehingga, usaha kelompok kerja itu akan gagal. (Zuhairini dkk, 1993 : 89)
B. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang pengertian pendidikan agama Islam, perlu kita ketahui bahwa dalam bahasa Arab ada tiga istilah yang berhubungan dengan makna pendidikan. Tiga istilah tersebut adalah ta’lim, ta’dib dan tarbiyah. Kata ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama, yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. Kata ta’dib, merupakan masadar dari addaba, yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Kata tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba, yang berarti mengasuh mendidik dan memelihara.
Pendidikan ialah bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada si terdidik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan dan seterusnya ke arah kepribadian muslim. Sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama. Di dalam Sistem Pendidikan dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan potensin jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan. Dalam hal ini,pendidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab, sehingga pendidikan terhadap diri manusia adalah laksana makanan yang berfungsi memberikan kekuatan, kesehatan dan pertumbuhan, untuk mempersiapkan generasi yang menjalankan kehidupan guna memenuhi tujuan hidup secaraefektif dan efisien.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Berkenaan dengan tanggung jawab ini, maka pendidikan agama disekolah berarti suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama.
Pemberian pengaruh pendidikan agama di sini mempunyai arti ganda yaitu: pertama sebagai salah satu sarana agama yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan, dan kedua,sebagai salah satu sarana pendidikan nasionaluntuk terutama, meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang MahaEsa.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum- hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kpribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai- nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai- nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai- nilai Islam. Dari defenisi ini, tampak adanya perhatian kepada pembentukan kepribadian anak yang menjadikannya memikir, memutuskan, berbuat dan bertanggungjawab sesuai dengan nilai- nilai Islam.
Pendidikan agama adalah bagian integral daripada pendidikan nasional sebagai salah satu keseluruhan. Dengan demikian ditinjau dari pendidikan nasional, pendidikan agama merupakan satu segi daripada keseluruhan pendidikan anak, segi lain adalah pendidikan umum. Kedua segi pendidikan itu merupakan dua aspek dari satu proses.
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran- ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran- ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
1. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itupendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakatdan pemerintah.
Sementara itu, Zuhairini menegaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup dengan ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Untuk itu, pendidikan agama Islam memiliki tugas yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak peserta didik pada satu bentuk, tetapi berupaya untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada pada diri mereka seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar pengembangan potensi tesebut berjalan sesuai dengan nilai- nilai ajaran Islam. Dengan demikian, mengingat berat dan besarnya peran pendidikan agama Islam, maka perlu diformulasikan sedemikian rupa, baik menyangkut sarana insani maupun non insani secara komperhensif dan integral. Formulasi yang demikian bisa dilakukan melalui sistem pengajaran yang baik dengan didukung oleh sumber daya manusia (guru) yang berkualitas, metode pengajaran yang tepat, dan sarana yang memadai.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri.Dasar suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan.tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang- ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun mempengaruhinya.
Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu: Al-Qur’an, As- Sunnah dan Perundang- undangan yang berlaku di negara kita.
a. Al- Qur’an
Al- Qur’an adalah kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada nabi Muhammad bagi seluruh umat manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasamanian) dan alam semesta. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al-Qur’an. Dengan berpegang kepada nilai-nilai Al- Qur’an terutama dalam pelaksanaan pendidikan Islam, akan mampu mengarahkan dan mengantarkan manusia bersifat dinamis-kreatif, serta mampu mencapai esensi nilai- nilai ‘ubudiyah” pada Khaliqnya.
Dengan sikap ini, maka proses pendidika Islam akan senantiasa terarah dan mampu menciptakan dan mengantarkan out putnya sebagai manusia berkualitas dan bertanggungjawab terhadap semua aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat dilihat, bahwa hampir dua pertiga dari ayat Al- Qur’an mengandung nilai- nilai yang membudayakan manusia dan memotivasi manusia untuk mengembangkan lewat proses pendidikan. Proses kependidikan tersebut bertumpu pada kemampuan rohaniah dan jasmaniah individu peserta didik, secara bertahap dan berkesinambungan, tanpa melupakan kepentingan perkembangan zaman dan nilai Ilahiah. Kesemua proses kependidikan Islam tersebut merupakan proses konservasi dan transformasi, serta internalisasi nilai- nilai dalam kehidupan manusia sebagaimana yang diiinginkan oleh ajaran Islam. Dengan upaya ini, diharapkan peserta didik mampu hidup secara serasi dan seimbang, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
b. As- Sunnah
As- Sunnah ialah perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasul Allah SWT. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al- Qur’an.Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Dari sini dapat dilihat bagaimanan posisi dan fungsi hadits Nabi sebagai sumber pendidikan Islam yang utama setelah Al- Qur’an. Eksistensinya merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan nabi dari pesan- pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam Al- Qur’an, maupun yang terdapat dalam Al- Qur’an.
Untuk memperkuat kedudukan hadits sebagai sumber inspirasi ilmu pengetahuan, dapat dilihat dari firman Allah dalam QS. An- Nisa’: 8 yang artinya : Barang siapa yang taat kepada Rasul, sesungguhnya ia pun taat kepada Allah Dari ayat ini dapat dilihat dengan jelas, bahwa kedudukan hadits Nabi merupakan dasar utama yang dapat dipergunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan pendidikan Islam. Lewat contoh dan peraturan-peraturan yang diberikan Nabi, merupakan suatu bentuk pelaksanaan pendidikan Islam yang dapat ditiru dan dijadikan referensi teoritis maupun praktis. Proses pelaksanaan pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW. merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan universal, sesuai denganpotensi yang dimilki peserta didik, kebiasaan (adat istiadat) masyarakat, serta kondisi alam di mana proses pendidikan tersebut berlangsung dengan dibalut oleh pilar-pilar akidah Islamiah. Dengan mengacu pada pola ini, menjadikan pendidikan Islam sebagai piranti yang tanggu dan adaptik dalam mengantarkan peserta didiknya membangun peradaban yang bernuansa Islami.
c.Perundang- undangan yang berlaku di Indonesia
Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi:
Ayat 1 berbunyi: “ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Ayat 2 berbunyi: “ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaannya itu.”
Sedangkan dari Undang- undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan keagamaan bermaksud mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranannya sebagai pemeluk agama yang benar- benar memadai. Di antara syarat dan prasyarat agar peserta didik dapat menjalankan peranannya dengan baik diperlukan pengetahuan Pendidikan Islam. Ilmu Pendidikan Islam merupakan ilmu praktis maka peserta didik diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh baik teoritis maupun praktis, sehingga ia benar-benar mampu memainkan peranannya dengan tepat dalam hidup dan kehidupan.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuaidengan orientasi dari masing-masing lembaga yang menyelenggarakannya. Pusat Kurikulum Depdiknas mengemukakan bahwa pendidikan agama Islamdi Indonesia adalah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Peserta didik yang telah mencapai tujuan pendidikan agama Islam dapat digambarkan sebagai sosok individu yang memiliki keimanan, komitmen dan sosial pada tingkat yang diharapkan. Menerima tanpa keragua sedikit pun akan kebeneran ajaran Islam, bersedia untuk berperilaku atau memperlakukan objek keagamaan secara positif, melakukan perilaku ritual dan sosial keagamaan secara positif, melakukan perilaku ritual dan sosial keagamaan sebagaimana yang digariskan dalam ajaran agama Islam.
Dengan demikian, pendidikan agama Islam di samping bertujuan menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai- nilai Islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan nilai- nilai itu secara dinamis dan flesibel dalam batas- batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Dalam arti, pendidikan agama Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “ kedewasaan atau kematangan” dalam berpikir, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sementara itu tujuan pendidikan Islam menurut beberapa para ahli diantaranya adalah:
1. Menurut Zakiyah Daradjat, dalam Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam tujuan pendidikan agama Islam yaitu: Membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran- ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehinggatercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya,dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup didunia dan di akhirat.
2. Menurut Athiyah al- Abrasyi, tujuan pendidikan agama Islam yaitu:
• Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
• Mempersiapkan kehidupandunia dan akhirat.
• Persiapan untuk mencari rizki dan menjagakemaslahatan.
• Menumbuhkan roh ilmiah pada anak didik dan memenuhin rasa keingintahuannya serta memungkinkan untuk mengkaji berbagai ilmu.
• Menyiapkan anak didik untuk menguasai profesi tertentu.
3. Menurut Nizar, tujuan pendidikan agama Islam secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu: jismiyyat, ruhiyyat dan aqliyyat. Tujuan (jismiyyat) berorientasi sebagai Khalifah fi al-ardh, sementara itu tujuan ruhiyyat berorientasi kepada kemampuan manusia dalam menerima ajaran Islam secara kaffah; sebagai ‘abd, dan tujuan aqliyat berorientasi kepada pengembangan intelligence otak peserta didik. Dari beberapa defenisi di atas, terlihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam lebih berorientasi kepada nilai- nilai luhur dari Allah SWT. Yang harus diinternalisasikan ke dalam diri individu anak didik lewat proses pendidikan. 4 Materi Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi: masalah keimanan (‘aqidah), masalah keislaman (syari’ah) dan masalah ikhsan (akhlak).
a. Aqidah
Aqidah adalah bersifat i’tiqad batin, mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan meniadakan alam ini.
b. Syari’ah
Syari’ah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.
c. Akhlak
Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia. Dari tiga initi ajaran pokok lahirlah beberapa keilmuan Agama yaitu: Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Akhlak. Ketiga ilmu pokok Agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al- Qur’an dan Al- Hadits serta ditambah lagi dengan Sejarah Islam (Tarikh); sehingga secara berurutan:
a) Ilmu Tauhid/ Keimanan
Ilmu keimanan ini banyak membicarakan tentang kalamullah dan banyak berbicara tentang dalil dan bukti kebenaran wujud dan keesaan Allah. Beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa,berarti percaya dan yakin wujud- Nya yang esa, yakin akan sifat- sifat ketuhanan- Nya yang maha sempurna; yakin bahwa Dia maha kuasa dan berkuasa mutlak pada alam semesta dan seluruh makhluk ciptaan- Nya.
b) Ilmu Fiqih
Ilmu fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/ membahas/ memuat hukum- hukum Islam yang bersumber pada Al- Qur’an, Sunnah dan dalil- dalil Syar’i yang lain.
c) Al- Qur’an
Al- Qur’an itu menempati suatu ilmu tersendiri yang dipelajari secara khusus. Membaca Al- Qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca Al- Qur’an. Al- Qur’an itu ialah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap suatu ibadat, sumber utama ajaran Islam.
d) Al- hadits
Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad saw.,baik merupakan perkataan, perbuatan,ketetapan, ataupun sifat fisik/ kepribadian. Adapun ilmu yang dapat digunakan untuk mempelajari hadits diantaranya ialah dari segi wurudnya, dari segi matan dan maknanya, dari segiriwayat dan dirayahnya, dari segi sejarah dan tokoh- tokohnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada siswa kelas X jurusan Teknik Komputer Jaringan di SMKN 1 Pungging yang terdiri dari 32 siswa yaitu 17 laki-laki dan 15 perempuan. Terdiri dari 30 siswa beragama Islam dan terdapat 2 siswa yang beragama Hindu dan Kristen. Kelas ini merupakan kelas yang didalamnya kebanyakan siswa kurang memiliki kemampuan pemahaman dalam memahami materi pelajaran PAI. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode kerja kelompok.
B. Rencana Tindakan
1. Perencanaan tindakan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui implementasi metode kerja kelompok dalam meningkatkan pemahaman materi PAI pada siswa kelas X jurusan Teknik Komputer Jaringan di SMKN 1 Pungging. Untuk itu perlu kiranya dirumuskan skenario penelitian dari hal persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi.
2. Implementasi tindakan
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 pekan mulai tanggal 3 November sampai 24 November 2016. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan enam kali pertemuan, sebagai berikut :
Pertemuan pertama (3 November 2016)
• Tahap awal : Salam pembuka, appersepsi, motivasi, pretest, observasi kelas dan perkenalan antara peneliti dan siswa.
• Tahap inti : Menjelaskan materi tentang Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman hidup dengan metode ceramah dan tanya jawab.
• Tahap akhir : Post test, kesimpulan, salam penutup
Pertemuan kedua (10 November 2016)
• Tahap awal : Salam pembuka, appersepsi, motivasi, pretest.
• Tahap inti : Menjelaskan materi dengan metode ceramah, kemudian peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok setelah itu masing-masing kelompok mempresentasikan makalahnya tentang Bab.IV yaitu Al-Quran Hadist adalah Pedoman Hidup didepan kelas, dan menjawab beberapa pertanyaan dari siswa lain.
• Tahap akhir : Post test, kesimpulan, salam penutup
Pertemuan ketiga ( 17 November 2016 )
• Tahap awal : Salam pembuka, appersepsi, motivasi, pretest
• Tahap inti : Menjelaskan Pentingnya Al-Quran dan hadist sebagai pedoman hidup terutama bagi umat Islam, dengan metode ceramah dan tanya jawab beberapa kelompok yang belum maju dipersilahkan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil makalahnya didepan kelas, dan menjawab pertanyaan dari siswa lain..
• Tahap akhir : Guru membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawb kelompok yang maju,kesimpulan, salam penutup
Pertemuan keempat ( 24 November 2016 )
• Tahap awal : Salam pembuka, appersepsi, motivasi.
• Tahap inti : Post test dengan memberikan Ulangan Harian BAB.IV tentang Al-Quran Hadist adalah Pedoman Hidup berupa soal uraian.
• Tahap akhir : Kesimpulan, salam penutup
3. Observasi dan Interpretasi
Dalam kegiatan belajar mengajar, ketika metode kerja kelompok digunakan, guru atau peneliti bertugas sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi jalannya kerja kelompok antar sesama anggota kelompok dengan memberi pertanyaan terlebih dahulu. Sebagaimana yang telah peneliti amati, dalam proses kerja kelompok berlangsung siswa terlihat antusias mengikuti jalannya diskusi antar sesama anggota. Mereka mendiskusikan tentang jawaban atas pertanyaan.
Setelah selesai mengerjakan, siswa mempresentasikan hasil jawaban mereka. Selama proses kerja kelompok sampai presentasi peneliti mulai menilai hasil kerja mereka.
4. Analisis dan refleksi
Setelah peneliti mendapatkan data lapangan peneliti perlu kiranya untuk mengolah data tersebut atau perlu mengadakan analisis terhadap data yang diperoleh. Peneliti memproses data yang diperoleh dengan menganalisis kembali data-data dengan cara mengumpulkan berbagai data yang diperoleh dan memilah-milahnya dengan harapan data yang terpilih adalah data yang bisa mewakili apa yang dicari oleh peneliti. Setelah data diperoleh peneliti mulai menganalisisnya untuk mendapatkan apa yang diperoleh dari data tersebut.
Setelah data didapat dan peneliti menemukan apa yang diinginkan yaitu adanya data yang mendukung bahwa dengan penggunaan metode kerja kelompok ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi PAI yang dibuktikan dengan hasil presentasi, post test dan hasil selama diskusi.
C. Siklus Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dilakukan dalam 1 siklus, yaitu siklus 1 saja, dimana pada siklus I dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
D. Pembuatan Instrumen
Untuk menentukan instrumen penelitian yang digunakan dalam peneitian ini sangat terkait dan tergantung pada teknik pengumpulan data yang digunakan. Adapun yang dimaksud dengan instrumen adalah “alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode”.(Suharsimi Arikunto, 1992 : 121 )
Dalam melakukan penelitian tentang peningkatan pemahaman siswa kelas X-TKJ 1 terhadap materi PAI, dan agar penelitian dapat berjalan sesuai rencana tindakan, maka peneliti menggunakan beberapa instrumen diantaranya yaitu:
a. Tes. Tes ini berbentuk post test, yakni tes yang dilakukan pada akhir bab selesai.
b. Observasi, adalah menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses dan perilaku.
Dalam hal ini peneliti mengamati jalannya kerja kelompok, selain itu yang paling penting adalah mengamati jawaban kelompok yang di presentasikan.
E. Pengumpulan Data
Persiapan yang matang akan suatu penelitian akan menghasilkan data-data yang akan diperoleh sampai akurat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa prosedur atau cara dalam mengumpulkan data yaitu:
1. Pengamatan partisipatif
Penelitian pasrtisipatif adalah terlibat secara langsung dan bersifat aktif dalam turut mengumpulkan data yang diinginkan, peneliti juga sering mengarahkan obyek yang diteliti untuk melakukan tindakan yang mengarah pada keperluan data yang di inginkan oleh peneliti.
2. Observasi aktivitas kelas
Observasi semacam ini digunakan oleh peneliti pada saat peneliti terjun dalam KBM di kelas dengan menggunakan metode kerja kelompok. Dari sini peneliti mendapat gambaran secara langsung suasana kelas, sehingga peneliti bisa mengambil tindakan selanjutnya untuk meningkatkan metode kerja kelompok yang lebih efektif dan efisien.
3. Pengumpulan hasil belajar
Data yang ada dilapangan akan diukur oleh peneliti dengan perolehan dari nilai pada saat post tes. Peningkatan nilai dapat dikatakan sebagai bukti penggunaan metode kerja kelompok, sehingga hal ini bisa direkomendasikan pada guru-guru P.A.I guna meningkatkan pemahaman siswa terutama dalam materi PAI.
F. Indikator Kinerja
Sebelum ditentukan kriteria keberhasilan siswa dalam melaksanakan metode kerja kelompok perlu diketahui sebab-sebab mengapa siswa kurang begitu memahami materi PAI. Setelah diketahui sebab-sebabnya, peneliti menggunakan metode kerja kelompok sebagai cara yang paling efektif untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi PAI pokok bahasan Al-Quran Hadist.
Pemahaman siswa dapat meningkat jika memenuhi kriteria keberhasilan yaitu sebagai berikut:
• Hasil jawaban yang dipresentasikan memuaskan
• Peran serta siswa dalam mengeluarkan ide-ide utnuk menambah jawaban.
• Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyan kelompok lain
Sedangkan kriteria keberhasilan dapat diukur dengan :
• Tepat tidaknya jawaban yang dikemukakan melalui presentasi
• Lengkap tidaknya jawaban yang diperoleh dari ide-ide para anggota kelompok.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dalam meneliti permasalahan tentang peningkatan pemahaman siswa kelas X TKJ1 di SMKN 1 Pungging, terhadap materi PAI pokok bahasan Al-Quran Hadist dengan menerapkan metode kerja kelompok, peneliti melakukan penelitian melalui beberapa siklus. Tetapi hanya siklus pertama yang terlaksana dikarenakan waktu yang tidak mencukupi karena kegiatan PPL dimana penelitian ini dilakukan hanya satu bulan pekan efektif siswa belajar sebelum Ujian Akhir Semester Ganjil dilaksanakan. Agar penelitian ini berhasil peneliti sebelumnya menggunakan beberapa tahapan yaitu:
1. Perencanaan
Dengan menggunakan metode kerja kelompok akan memberi kesempatan pada siswa dalam mengembangkan ide-ide mereka tentang jawaban dari pertanyaan, sehingga wawasan mereka tentang materi kaifiyat puasa luas. Disamping itu sifat saling menghargai dapat berkembang dalam diri mereka.
2. Pelaksanaan
Agar perencanaan dapat berjalan dengan lancar, maka ada beberapa proses yang harus dilalui yaitu :
a. Membentuk kelompok
Peneliti bersama murid membentuk kelompok-kelompok belajar. Pada kesempatan ini peneliti menjelaskan tujuan dan gambaran mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan, sehingga murid-murid menyadari mengapa dan untuk apa dibentuk kelompok.
b. Pemberian tugas-tugas pada kelompok
Peneliti memberi tugas pada setiap kelompok dengan dengan sub.bab yang berbeda pada pokok bahasan yang sama yaitu BAB IV. Al-Quran Hadist Adalah Pedoman Hidup.
c. Masing-masing kelompok mengerjakan tugasnya.
Disamping itu peneliti mengawasi, menggairahkan atau menjawab beberapa pertanyaan dalam rangka menjamin ketertiban dan kelancaran kerja kelompok.
d. Peneliti melakukan penilaian.
Dalam hal penilaian peneliti bukan saja menilai terhadap hasil kerja yang dicapai kelompok, melainkan juga terhadap cara bekerja sama dan yang paling penting adalah hasil presentasi mereka.
3. Pengamatan
Untuk mengamati tingkat pemahaman siswa terhadap materi PAI pokok bahasan Al-Quran Hadist, peneliti menggunakan beberapa instrumen yaitu :
a. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini peneliti menggunakan evaluasi bentuk post test, yaitu evaluasi yang dilakukan pada akhir pokok bahasan habis. Dimana tingkat pemahaman siswa kelas X TKJ 1 dapat dilihat dibawah ini :
a.1. Analisis post test
NO URUT NO INDUK
NAMA SISWA TEST 1 TEST 2 KET
1 7999 Adelia Oktafiana 80 75
2 8000 Adheriko Pramono W. 85 78
3 8001 Akhmad Miftahul F. 70 100
4 8002 Anandha Alif N. 80 100
5 8003 Daniel Bagus C. - -
6 8004 Diah Putri Rahayu 87 88
7 8005 Dwi Putra A. 88 80
8 8006 Eka Nur Hariyanti 80 78
9 8007 Erin Tia Rani 90 100
10 8008 Errina Ista Umadi 80 98
11 8009 Fika Mei Alfiana 70 100
12 8010 Gusti Agung A. - -
13 8011 Kharisma Sofiah 67 79
14 8012 Lintang Ragadanu A. 80 85
15 8013 Litta Kusuma Dewi 77 96
16 8014 M. Hendra F. 60 75
17 8015 M. Fikri Aidin 85 86
18 8016 M. Kamaluddin 90 70
19 8017 M. Khoirul Fuad A. 87 78
20 8019 M. Naufal A.R. 82 86
21 8020 Rama Sudeta A. 85 90
22 8021 Ranger Heppy A.H 35 50
23 8022 Retnaldi Putra H. 77 72
24 8023 Rio Ananda P. 87 90
25 8024 Rizky Khamdany R. 77 90
26 8025 Sabrina Windyas P. 67 96
27 8026 Shella Indalia 68 94
28 8027 Siti Aisyah 78 98
29 8028 Vionita Dwi Ayuni 75 96
30 8029 Wendy Putra Akbar 70 90
31 8030 Widya rahma H. 77 100
32 8031 Wirayudha Pratama 67 71
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas X-TKJ 1, maka dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa keterangan untuk hasil nilai yang di capai yaitu :
Nilai 85-100 : sangat baik
Nilai 70-85 : baik
Nilai 65-70 : cukup baik
Nilai 50-65 : kurang
Pada hasil post test diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat :
Nilai 85-100 : 19 siswa
Nilal 70-85 : 9 siswa
Nilai 65-70 : 1 siswa
Nilai 50-65 : 1 siswa
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode kerja kelompok siswa kelas X-TKJ 1 SMKN 1 Pungging dapat memahami materi PAI pokok bahasan Al-Quran Hadist.
a2. Analisis sikap siswa selama kerja kelompok berlangsung
NO URUT NO INDUK
NAMA SISWA Kesungguhan Inisiatif Kerja sama Jumlah
1 7999 Adelia Oktafiana 20 20 10 50
2 8000 Adheriko Pramono W. 20 30 20 70
3 8001 Akhmad Miftahul F. 30 20 10 60
4 8002 Anandha Alif N. 10 20 20 50
5 8003 Daniel Bagus C. _ _ _ _
6 8004 Diah Putri Rahayu 20 30 30 80
7 8005 Dwi Putra A.
30 30 20 80
8 8006 Eka Nur Hariyanti 20 30 10 60
9 8007 Erin Tia Rani 30 30 30 90
10 8008 Errina Ista Umadi 20 20 30 70
11 8009 Fika Mei Alfiana 30 30 30 90
12 8010 Gusti Agung A. _ _ _ _
13 8011 Kharisma Sofiah 20 20 10 50
14 8012 Lintang Ragadanu A. 20 10 30 60
15 8013 Litta Kusuma Dewi 30 30 20 80
16 8014 M. Hendra F. 20 30 10 60
17 8015 M. Fikri Aidin 30 20 30 80
18 8016 M. Kamaluddin 20 10 30 60
19 8017 M. Khoirul Fuad A. 30 20 30 80
20 8019 M. Naufal A.R. 30 30 20 80
21 8020 Rama Sudeta A. 20 30 30 80
22 8021 Ranger Heppy A.H 10 20 20 50
23 8022 Retnaldi Putra H. 30 20 30 80
24 8023 Rio Ananda P. 20 30 30 80
25 8024 Rizky Khamdany R. 10 30 30 70
26 8025 Sabrina Windyas P. 30 20 30 80
27 8026 Shella Indalia 30 30 30 90
28 8027 Siti Aisyah
20 20 30 70
29 8028 Vionita Dwi Ayuni 30 20 20 70
30 8029 Wendy Putra Akbar 30 30 20 80
31 8030 Widya rahma H. 30 10 30 70
32 8031 Wirayudha Pratama 30 10 30 70
Dan untuk mengetahui sikap siswa selama menerapkan metode kerja kelompok, maka nilai sikap terdiri tiga sikap, yaitu : kesungguhan, inisiatif dan kerja sama. Semua sikap tersebut dikatakan :
Sangat baik, jika nilai mencapai 90
Baik, jika nilai mencapai 80
Cukup baik, jika nilai mencapai 70
Kurang baik, jika nilia mencapai 60
Sangat kurang, jika nilai mencapai 50
Dari analisa sikap diatas, maka dapat diketahui bahwa :
Siswa yang mencapai nilai 90 : 3 siswa
Siswa yang mencapai nilai 80 : 11 siswa
Siswa yang mencapai nilai 70 : 7 siswa
Siswa yang mencapai nilai 60 : 7 siswa
Siswa yang mencapai nilai 50 : 4 siswa
Melihat perolehan nilai siswa kelas X TKJ 1 diatas, maka sikap siswa selama mengerjakan tugas kelompok adalah sebagian besar baik. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, dalam mengerjakan tugas kelompok, para siswa sangat antusias, hal tersebut dapat dilihat dari :
• Siswa ikut serta dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
• Kerja sama antar anggota kelompok
• Kesungguhan mereka dalam mengerjakan tugas kelompok
• Ide atau inisiatif jawaban
• Dari hasil post test
• Dari hasil sikap kerja kelompok
C. Pembahasan
Melihat dari data yang diperoleh dan beberapa temuan dari penelitian baik tingkah laku atau yang lainnya yang diperlihatkan oleh objek penelitian. Maka dapat digaris bawahi bahwa ada peningkatan siwa kelas X TKJ 1 SMKN 1 Pungging dalam memahami pelajaran PAI materi Al-Quran Hadist. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan mengadakan observasi baik secara mendalam maupun dengan mengadakan post test. Sehingga dari kedua kegiatan ini diperoleh data yang akurat dan valid.
Dan melihat dari hasil observasi terhadap objek penelitian ternyata ada beberapa sebab kekurang pahaman siswa terhadap materi fiqh yaitu : pertama, dari faktor internal yaitu dari siswa sendiri yang kurang memperhatikan penjelasan peneliti. Kedua, gaduhnya suasana di luar kelas; siswa kelas lain mengganggu jalannya KBM.
Oleh karena itu penyebab diatas harus diminimalisasikan agar perhatian siswa terhadap materi fiqh meningkat. Salah satu cara yang ditempuh oleh peneliti adalah dengan menggunakan metode kerja kelompok. Dengan metode ini siswa dapat bertukar pikiran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Sehingga pemahaman siswa dapat meningkat.
Setelah metode kerja kelompok terlaksana, dan peneliti sendiri mengamati jalannya diskusi dari beberapa kelompok dan peneliti memerintah mereka utnuk mempresentasikan hasil jawaban mereka didepan kelas, ternyata pemahaman mereka meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kriteria keberhasilan yaitu :
• Hasil presentasi siswa, yaitu jawaban mereka memuaskan
• Peran serta siswa dalam berinisiatif tentang jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
Kemudian kriteria keberhasilan dapat diukur jika :
• Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan benar
• Inisiatif yang dikelurkan oleh anggota kelompok dapat melengkapi jawaban.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah dengan adanya data yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Maka dapat dikatakan bahwa antara hipotesa peneliti ada kecocokan dengan hasil penelitian yaitu diketahui bahwa penerapan metode kerja kelompok dalam penyampaian pelajaran PAI materi Al-Quran Hadist dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X TKJ 1. Hal ini dapat diketahui dengan perolehan nilai post tes dan melalui sikap selama siswa bekerja kelompok. Jadi inti dari kesimpulan ini yaitu :
• Untuk siswa meningkatkan pemahaman siswa serta meningkatkan hasil belajar siwa terhadap materi PAI perlu digunakan metode yang sesuai dengan keadaan siswa.
• Metode kerja kelompok yang digunakan dianggap sesuai dengan materi yang yang diajarkan yaitu materi PAI dapat meningkatkan pemahaman siswa.
• Respon serta minat belajar siswa baik jika mengggunakan metode kerja kelompok. Hal ini dapat dilihat dari sikap siwa selam amengerjakan tugas secara berkelompok.
B. Saran
Ada beberapa saran yang bersifat konstruktif yang bisa peneliti berikan yang semua ini untuk meningkatkan kemampuan dan keefektifan penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran PAI yaitu :
1. Sebaiknya guru lebih mempersiapkan diri dengan menguasai materi yang diajarkan serta mampu memperluas penjelasan tentang materi yang akan dibahas khususnya guru PAI.
2. Guru PAI diharapkan bisa meyakinkan siswa serta berusaha mencari cara agar materi PAI tidak membosankan dan dapat menggairahkan semangat belajar mereka.
3. Seorang guru harus mengetahui kondisi siswanya, sebelum menggunakan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar.
PTK PAI KELAS XI SMK- DISKUSI
4/
5
Oleh
Syaf