Monday, 21 August 2017

PENARI SENJA

PENARI SENJA
IBUKU seorang penari, ia bercerita. Aku ingat, saat aku berusia 5 tahun, ibu mulai mengajariku menari, di pendopo rumah. Aku selalu tak pernah merasa mampu menari sebagus ibu. Tubuhnya mengalir lembut, begitu halus, seakan bergerak mengikuti angin. Aku selalu merasakan jiwa ibulah yang menari. Bahkan ketika tubuh ibu hanya berdiri dengan selendang di tangan, ia seperti tengah menarikan yang tak bisa kulihat: semesta seakan mengitarinya. Aku seperti mendengar gesekan bintang-bintang nun jauh di kegelapan.

Tak ada penari sebaik ibu. Setidaknya di kampungku. Ibu satu-satunya penari yang paling dikagumi. Ia diundang menari di banyak acara. Bahkan ketika Presiden Sukarno datang ke kota kabupaten, ibu menari di hadapannya. Sebulan setelah itu ibu ditangkap. Ia sedang mengajariku menari, bersama puluhan anak lain, ketika empat tentara datang, dan langsung menyeretnya.Ibu orang yang berbahaya begitu kudengar kemudian setelah aku dewasa. Aku sama sekali tak mengerti, kenapa seorang penari seperti ibu yang begitu lembut bisa dianggap membahayakan negara.

Aku tak pernah bertemu ibu lagi. Mungkin ia mati disiksa di penjara. Tapi aku merasakan ibu dalam jiwa dan tubuhku. Ibu seolah ada dalam diriku: menuntunku untuk menari. Sering tengah malam aku tiba-tiba terbangun dan menari begitu saja. Tubuhku menari meski pun aku tak memaksudkannya menari. Kamu menari sebagus ibumu, kawan-kawan sering berkomentar. Padahal aku sendiri selalu merasa kalau aku tak pernah bisa menari sebagus ibu. Jangankan menari sebagus ibu, menari dangdut yang acak-adut pun rasanya aku tak bagus-bagus amat. Tapi hidup memaksaku terus menari.

Dan ia pun perlahan mulai menari di depanku. Telanjang.

Begitulah, setiap senja aku memandangi patung di depan gedung itu. Aku suka sekali menikmati tariannya yang begitu mempesona. Tentu saja, aku selalu diusir satpam setiap kali berlama-lama berdiri di dekat patung itu. Orang gila semacamku sudah pasti mengganggu pemandangan. Apalagi ketika patung itu menari setiap senja. Dan orang-orang kantoran yang lalu-lalang, berhenti sejenak memandanginya.

Mojokerto, Agustus 2017

Related Posts

PENARI SENJA
4/ 5
Oleh