Sebuah kata yang menggelitik bagi para pendengar dan pengucapnya. Kalau sudah biasa diucapkan dan menjadi sebuah dialek keseharian menjadi sesuatu yang wajar. Terkadang ada masyarakat yang mengucapkan itu dianggap sesuatu yang tabu dan dosa. Sebuah kata yang tidak harus diucapkan di kalangan publik.
Berdasarkan oral historinya, kata “Jancok” mempunyai beberapa versi arti dan sejarahnya. Versi pertama yakni versi kedatangan bangsa Arab, konon Jancok berasal dari kata Da’Suk. Da artinya tinggalkanlah atau cegahlah , dan assyu’a artinya keburukan, digabung menjadi Da’Suk yang artinya tinggalkanlah atau cegahlah keburukan. Tapi karena logat dan mulut arek Suroboyo menjadi dilafalkan Jancok. Versi penjajahan Belanda: ada istilah keren di antara orang Indo-Belanda 1930 an yaitu Yantye ook yang artinya ‘kamu juga’. Kata-kata mereka ini diplesetkan oleh arek-arek Suroboyo pribumi jadi Yanti ok, yang diucapkan kedengarannya jadi Jancok. Kata ini jadi bahan olok-olokan arek pribumi, berkembanglah menjadi umpatan. Versi keriga, versi penjajahan Jepang. Dari kata Sudanco berasal dari jaman Romusha yang artinya ayo cepat, karena pemuda Surabaya kesal maka diplesetkan menjadi Dancok. Versi kampung Palemahan, sebagai kampung tertua di Surabaya, Palemahan mempunyai klaim sendiri bahwa kata ini asli dari kampung ini. Jancok adalah singkatan dari Maridjan yang suka Freee seks (pendapat oral dari masyarakat). (via facebook)
Penggunaan kata tersebut biasanya digunakan bagi warga Suroboyoan yang laki-laki. Setiap kalimat diakhiri dengan kata itu yang diucapkan kepada sesama atau seusianya dalam cankruan dan percakapan yang tidak resmi. Menurut budayawan seperti Sudjiwo Tejo dan Cak Nun yang pernah membahas kata itu dalam berbagai forum. Menurut mereka kata tersebut tidak melelu apa yang dianggap meso dan tabu di masyarakat. Mereka megklarifikasi wacana tersebut menjadi sebuah kata perlawanan terhadap kesemena-menaan dan ketidakadilan serta penindasan . Bahkan Sujiwo Tedjo merangkai kata romantis dengan kata Jancok. Jika dengan “Jancok” pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu…
“JANCOK” Kata Perlawanan Pada Keburukan
4/
5
Oleh
Syaf